Rabu, 18 April 2012

Pendidikan Karakter Di Pesantren Anak Mar 312012

Pendidikan merupakan satu dari sekian banyaknya unsur penting untuk membangun masa depan bangsa. Ketika suatu bangsa itu baik dan maju pendidikannya, sudah barang tentu sudah dapat diprekdisikan negara itu akan maju dan makmur. Namun perlu kita sadari, bahwa masa depan suatu bangsa itu lebih bisa baik, kalau para generasi bangsa tersebut memiliki wawasan keilmuanya dan nilai religius yang dia miliki sebagai penerus untuk melanjutkan perjuangan para pendahulunya di masa yang akan datang. Paling tidak sebagai penerus bangsa kita bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi setiap masalah-masalah yang ada.
Santri SD/MI Darunnajah CIpining
Selama ini negara kita ini boleh dikatakan masih sangat jauh dari namanya kemakmuran yang merata. Memang negara Indonesia ini merupakan negara yang besar dan berlimpah sumber daya alam (SDA)nya . Akan tetapi selama ini banyak generasi muda yang sangat kurang peduli akan potensi kekayaan alam kita. Hal ini bisa dicerminkan kalau pendidikan di Indonesia masih ada yang kurang.
Pendidikan di Indonesia ini cermin gagalnya pendidikan moral yang sesungguhnya. Adanya korupsi, kolusi, dan nepotisme itu juga sebenarnya dimulai dari pendidikan yang kurang sehat. Banyak korupsi dimana-mana, bahkan lebih parahnya lagi banyak lembaga pendidikan yang sudah berani bermain suap. Hal inilah yang mejadikan moral anak bangsa kita hancur. Sebab, sudah mulai dia masuk sekolah pun telah dicokoli namanya korupsi (suap).
Ditambah  Selama ini pendidikan di sekolah umum sangat minim pendidikan agama. Paling banyak di sekolah umum memperoleh pendidikan agama satu minggu hanya satu jam mata pelajaran. Hal ini sangat tidak seimbang dengan semakin cepatnya perkembangan zaman yang terjadi saat ini. Jangan salahkan mereka kalau anak menjadi nakal dan sampai menyimpang dari norma-norma agama. Sebab anak-anak tidak tahu kalau itu salah atau itu benar.
Pendidikan bangsa tanpa dilandasi pengetahuan agama yang memadai, maka generasi kita akan menjadi generasi yang lemah, gampang terombang–ambing dan akan mudah terjerumus ke dalam hal–hal yang berbau maksiat (bisa saja korupsi, kolusi, nepotisme atau kemaksiatan yang lain yang bisa meruntuhkan bangsa ini). Apabila itu terjadi maka akan hancurlah bangsa ini.
Mengutip dari artikel Sigit Owi Kusrahmadi, bahwa Kebobrokan moral bangsa diawali oleh pemimpin-pemimpinnya. senada dengan itu, diungkapkan pula oleh Prof. Sahetape, SH., guru besar Emeritus Universitas Erlangga, Surabaya, yang mengatakan bahwa “Pembusukan bangsa ini bagaikan ikan yang rusak berawal dari kepalanya”. Sama hal-nya para pemimpin negara pada hakekatnya tidak memperjuangkan kepentingan rakyat, melayani masyarakat sebaik-baiknya, namun justru haus kekuasaan dan haus materi untuk memuaskan diri.
Memang hal ini sangat sulit untuk diperjuangkan. Sebab, tidak semua anak manusia di negara ini yang nasibnya lebih beruntung dari pada anak kita, yang memiliki orang tua saleh, yang bisa mendidik anak-anak-nya dengan didasari pengetahuan agama yang mendalam.
Oleh sebab itu, untuk membekali penerus bangsa ini, untuk menjadi penerus bangsa yang berbudi luhur. Maka, mari kita semua perlu membekali anak-anak kita terutama menata ”moral” meraka dengan pengetahuan Pendidikan Ilmu Agama yang lebih banyak dan maksimal agar nantinya mereka tidak tersesat dan salah di dalam mengarungi kehidupan.
Pengertian Moral
Moral berasal dari bahasa latin yakni ‘mores’ kata jamak dari ‘mos’ yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral adalah hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.
Moral (bahasa latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses  sosialisasi.
Moral adalah nilai keabsolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama.
Sesuai firman Allah SWT  di dalam Al-Qur’an (QS. An-nisa: 114):
Artinya: Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat maruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (QS. An-nisa: 114)

Dari keterangan di atas, menunjukan bahwa Allah SWT akan memberikan pahala yang besar serta keridhaannya kelak di hari akhir bagi orang-orang yang suka memberi sedekah atau berbuat ma’ruf atau mengadakan perdamaian.
Pendidikan Moral Dan Nilai-nilai Agama

Usia sekolah dasar (sekitar umur 6- 12 tahun), ini merupakan tahapan penting bagi perkembangan seorang peserta didik, bahkan suatu hal yang fundamental bagi kesuksesan perkembangan pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu seorang guru tidak boleh mengabaikan kehadiran anak usia sekolah dasar, demi kepentingan di masa depan bagi generasi penerus. Seorang guru dituntut untuk memahami karakteristik peserta didik, arti pentingnnya belajar bagi peserta didik, tujuan belajar bagi peserta didik, dan kegiatan belajar bagi  anak SD, termasuk di dalamnya guru harus menguasai psikologi pendidikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Secara umum pendidikan pada anak usia sekolah dasar bertujuan untuk membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, intelektual, emosional, moral dan agama secara optimal pada anak dalam lingkungan pendidikan yang kondusif, demokratis dan kompetitif. Terkait dengan tujuan tersebut kompetensi dan hasil belajar yang ingin dicapai pada anak usia sekolah dasar adalah kemampuan melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan Tuhan dan mencintai sesama.
Terkait dengan kompetensi moral dan nilai-nilai agama pada anak seusia sekolah dasar.  Pesantren Anak Darunnajah II Cipining telah membuat kurikulum pembelajaran pendidikan moral yang dapat dijabarkan secara rinci dalam beberapa indicator pembelajaran perilaku semenjak usia 6 hingga usia 12 tahun sebagai berikut :
  1. Mengucapakan do’a-do’a pendek: di Pesantren Anak Darunnajah II Cipining selalu mengajarkan dan mewajibkan hafalan do’a-do’a pendek serta diwajibkan untuk diamalkan sehari-hari.
  2. Menyayangi dan memelihara semua ciptaan Tuhan; di Pesantren Anak Darunnajah II Cipining juga mengajarkan arti saling menyayangi sesama (makhluk ciptaan tuhan), saling tolong menolong dan menjaga sopan santun.
  3. Di Pesantren Anak Darunnajah II Cipining selalu mengajarkan sholat dan beserta do’a sesudah sholat (Wiridan)
  4. Sudah menjadi kewajiban bagi para santri Darunnajah II untuk selalu membiasakan diri berdoa sebelum dan sesudah memulai kegiatan
  5. Para santri Darunnajah II diwajibkan selalu melaksanakan ibadah (agama)
  6. Mencintai tanah air
  7. Cinta antara sesama suku bangsa Indonesia
  8. Mengucap salam bila bertemu dengan orang lain
  9. Berlatih untuk selalu tertib dan patuh pada aturan.
  10. Menjaga kebersihan lingkungan
  11. Bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan
  12. Rapi dalam bertindak dan berpakaian.
Uraian di atas ini, merupakan pembalajaran Pesantren Darunnajah II Cipining terhadap para santri umur di bawah 12 tahun ( santri SD/MI). Mengapa hal semacam ini harus diperhatikan oleh kita? Sebab, santri seumuran sekolah dasar memang harus diperhatikan lebih intensif. Supaya, out-put nya benar-benar menjadi anak-anak yang sholeh-sholehah.  Amin……..
Penutup

Anak tumbuh dan berkembang dengan pesat baik secara fisik, kognitif, emosi dan sosialnya. Penanaman moral dan nilai nilai agama sangat membantu untuk meningkatkan dan mengarahkan perkembangan anak tersebut. Penanaman moral dan nilai-nilai agama pada anak tidak sekedar kegiatan rutinitas dalam ibadah tetapi lebih tepat ditanamkan secara langsung, kongkrit dan sesuai dengan bahasa anak dalam perilaku kesehariannya. Penanaman moral dan nilai-nilai agama semenjak dini pada anak diharapkan akan menjadi bekal baginya di kemudian hari. Semoga dengan ikhtiar ini bisa membimbing putra-putri kita menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah. (Kasanudin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar